Agar Cepat Hamil : Tak Perlu Berhenti Kerja Saat Program Hamil, yang Penting Tidak Stres - Ada anggapan perempuan harus berhenti kerja agar tidak stres serta santai menjalani hidup jika ingin cepat hamil dan memiliki anak. Tapi sebenarnya benarkah kabar tersebut?
Stres yang dialami oleh seorang perempuan bisa mempengaruhi faktor psikologisnya. Jika terjadi secara terus menerus atau kronis tentu memiliki risiko lebih tinggi mengalami gangguan kesuburan atau infertilitas.
"Kalau orang stres, emosi meningkat terus hormon di tubuh jadi tidak seimbang, mempengaruhi kesuburan," ujar dr Med Damar Prasmusinto, SpOG saat dihubungi detikHealth dan ditulis, Rabu (12/12/2012).
dr Damar menjelaskan hal yang perlu diingat adalah hormon perempuan itu pusatnya di otak yang mana juga mengatur emosi, sehingga emosi yang dialami oleh seseorang turut mempengaruhi produksi hormon di dalam tubuh.
Hormon yang tidak seimbang ini juga turut mempengaruhi masa subur atau waktu ovulasi yang menjadi berkurang atau bahkan berhenti. Tanda ovulasi berkurang biasanya terlihat dari lendir serviks yang jadi kering, sehingga membuatnya sulit hamil.
Ovulasi yang berkurang atau terhenti ini juga akan membuat siklus menstruasinya menjadi tidak teratur. Jika menstruasi yang datang tidak teratur, pasangan akan sulit menentukan masa suburnya, padahal masa subur turut mempengaruhi keberhasilan peluang untuk hamil.
Sebuah penelitian telah menunjukkan stres berlebihan secara langsung akan mempengaruhi otak, yaitu meningkatkan produksi hormon kortisol yang bisa mengganggu proses dan kemampuan reproduksi. Dengan demikian pasangan yang sedang melakukan program hamil, perempuannya tidak perlu sampai berhenti bekerja. Yang penting keduanya mampu mengelola stres dengan baik, sehingga emosi terjaga.
Ini karena otak menghasilkan molekul yang disebut neuropeptida sebagai respons dsri stres emosional. Molekul ini bisa merusak proses reproduksi, karenanya pasangan yang ingin memiliki anak diminta mengembangkan hubungan yang sehat antara pikiran dan tubuh.
"Jika ingin mendapatkan kehamilan yang bagus, maka ibunya harus sehat baik secara fisik maupun rohani, sehingga bisa menghasilkan kualitas yang baik," ungkap dokter yang berpraktek di RS ASRI Jakarta ini.
Lebih lanjut dokter dari divisi Departemen Kebidanan dan Kandungan FKUI-RSCM ini mengungkapkan sekitar 90 persen pasangan menikah akan hamil dalam waktu setahun, jadi pasangan sebaiknya tidak perlu terlalu khawatir.
http://m.detik.com/health/read/2012/12/12/122424/2116386/775/tak-perlu-berhenti-kerja-saat-program-hamil-yang-penting-tidak-stres
Stres yang dialami oleh seorang perempuan bisa mempengaruhi faktor psikologisnya. Jika terjadi secara terus menerus atau kronis tentu memiliki risiko lebih tinggi mengalami gangguan kesuburan atau infertilitas.
"Kalau orang stres, emosi meningkat terus hormon di tubuh jadi tidak seimbang, mempengaruhi kesuburan," ujar dr Med Damar Prasmusinto, SpOG saat dihubungi detikHealth dan ditulis, Rabu (12/12/2012).
dr Damar menjelaskan hal yang perlu diingat adalah hormon perempuan itu pusatnya di otak yang mana juga mengatur emosi, sehingga emosi yang dialami oleh seseorang turut mempengaruhi produksi hormon di dalam tubuh.
Hormon yang tidak seimbang ini juga turut mempengaruhi masa subur atau waktu ovulasi yang menjadi berkurang atau bahkan berhenti. Tanda ovulasi berkurang biasanya terlihat dari lendir serviks yang jadi kering, sehingga membuatnya sulit hamil.
Ovulasi yang berkurang atau terhenti ini juga akan membuat siklus menstruasinya menjadi tidak teratur. Jika menstruasi yang datang tidak teratur, pasangan akan sulit menentukan masa suburnya, padahal masa subur turut mempengaruhi keberhasilan peluang untuk hamil.
Sebuah penelitian telah menunjukkan stres berlebihan secara langsung akan mempengaruhi otak, yaitu meningkatkan produksi hormon kortisol yang bisa mengganggu proses dan kemampuan reproduksi. Dengan demikian pasangan yang sedang melakukan program hamil, perempuannya tidak perlu sampai berhenti bekerja. Yang penting keduanya mampu mengelola stres dengan baik, sehingga emosi terjaga.
Ini karena otak menghasilkan molekul yang disebut neuropeptida sebagai respons dsri stres emosional. Molekul ini bisa merusak proses reproduksi, karenanya pasangan yang ingin memiliki anak diminta mengembangkan hubungan yang sehat antara pikiran dan tubuh.
"Jika ingin mendapatkan kehamilan yang bagus, maka ibunya harus sehat baik secara fisik maupun rohani, sehingga bisa menghasilkan kualitas yang baik," ungkap dokter yang berpraktek di RS ASRI Jakarta ini.
Lebih lanjut dokter dari divisi Departemen Kebidanan dan Kandungan FKUI-RSCM ini mengungkapkan sekitar 90 persen pasangan menikah akan hamil dalam waktu setahun, jadi pasangan sebaiknya tidak perlu terlalu khawatir.
http://m.detik.com/health/read/2012/12/12/122424/2116386/775/tak-perlu-berhenti-kerja-saat-program-hamil-yang-penting-tidak-stres
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori Artikel /
Tips Hamil
dengan judul Agar Cepat Hamil : Tak Perlu Berhenti Kerja Saat Program Hamil, yang Penting Tidak Stres. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://sehathamil.blogspot.com/2013/01/agar-cepat-hamil-tak-perlu-berhenti.html. Terima kasih!
Ditulis oleh:
Admin -
Belum ada komentar untuk "Agar Cepat Hamil : Tak Perlu Berhenti Kerja Saat Program Hamil, yang Penting Tidak Stres"
Posting Komentar